Langsung ke konten utama

Berteman itu sama Halnya dengan Menyusuri Jalan

Haloo lagi semuanya... kangen ya dengan saya?? hmm.. baik kalau begitu, saya akan tetap lanjut.

Kali ini saya akan menceritakan satu kesadaran baru yang muncul di kepala saya saat saya dibonceng seorang anak manusia, melintasi jalan protokol ibukota di pertengahan malam, dibawah rembulan yang bersinar tidak terlalu terang. 

Pada suatu kamis malam di bulan Desember 2018, saya bertemu dengan temannya teman saya. Dia menanyakan nama saya, dan tentu saja saya sangat malas menjawabnya. Kalian semua tau, saya jarang berkenalan dengan orang karena saya tidak suka mereka tau nama saya kemudian memanggil saya hanya dengan dua huruf diawal nama saya. Hem, cape saya membahas ini terus.. saya selalu berusaha menerima panggilan itu, tapi tetap saja terasa sulit dan menjengkelkan.

Oke, fokus ke pembahasan utama.
Jika difikir-fikir lagi, saya berteman dengan orang-orang bisa diibaratkan seperti ketika kita melintasi suatu jalan. Kita akan merasa asing dan berhati-hati saat pertama kali melintasi suatu jalan. Saat menyusuri jalan tersebut ada banyak hal yang bisa kita temukan. Bisa jadi jalan itu mulus seperti kulit bayi, bisa jadi banyak lubang dan kerikil yang turut meramaikan, bisa jadi ia menunjukan kita pada tujuan atau hal yang mengasyikkan, bisa juga menjadi yang menyesatkan.

Jika berkali-kali atau setiap hari melintasi suatu jalan, maka kita akan tau setiap tanjakan, turunan, patahan, belokan, bahkan kita tau persis dimana letak lubang yang setia menunggu kita lewat. Namun, ketika kita sudah lama tidak melintasi jalan tersebut, pasti ada saja hal yang berubah darinya. Bisa jadi lubang-lubang yang setia itu sudah tidak setia lagi menunggu, bisa jadi bangunan-bangunan disamping jalan itu sudah berganti, bisa jadi jalan itu juga berubah sama sekali. Seperti jalan ibukota yang saya lintasi pada kamis malam kemarin. Dulu di jalan itu bisa dilintasi kendaraan dua arah sekaligus, sekarang hanya kendaraan yang menuju arah selatan yang boleh melintas.

Entah hanya saya saja atau memang seperti ini adanya, dalam pertemanan juga begitu. Kita merasa asing dan berhati-hati ketika bertemu dangan orang baru. Akan menemukan berbagai hal baru saat terus bersamanya. Bisa jadi menyenangkan, bisa juga memuakkan. Setiap hari bersama membuat kita terasa dekat, bahkan kita tau tetek bengek semua urusannya. Ketika berpisah, mungkin kita tetap tau kabarnya, namun tak bisa kita samakan dia seperti yang kita kenal sebelumnya. Dia sudah menempuh pengalaman lain yang tidak ada kita didalamnya. Walaupun dia berkata dia tetap sama, dan kita berkata kita juga masih sama, tetap saja kita dan dia sudah punya pengalaman masing-masing.

Pada akhirnya kita sendiri yang akan memutuskan, akan kembali menjalin keakraban lagi, saling menemukan hal baru lagi, saling dekat kembali, atau hanya sekedar basa-basi karena memang kenyatannya kita sudah tak sama lagi.

Mencari jalan yang yang tepat menuju cita-cita kita juga berarti mencari teman yang tepat untuk menemani kita dalam perjalanan tersebut.

Sekian cerita ala ala malam ini, sampai jumpa lagi..

Rembulan tanggal 13

Komentar