![]() |
channel YT keluarga Beti |
Haloo lagi internet..
Semoga kita semua masih tetap dalam kasih sayang Tuhan ya..
Kali ini saya saya mau cerita tentang hiburan, dan hubungannya dengan selera kebanyakan orang di sekitar saya. Nyerempet-nyerempet agak julid sih.. tapi ya.. let's do this.
Dulu saya heran sama kelakuan banyak orang, terutama pada selera hiburan mereka. Saya heran kok bisa ada orang yang suka banget sama dangdut yang katanya musik "rendahan" dan tak berkelas, musik-musik pop mellow yang "alay", dan musik-musik serampangan asal jadi yang tak punya makna. Sedangkan saya lebih nyaman mendengarkan musik-musik jazz, folk, syair-syair indah, dll.
Nggak cuma soal musik, soal tontonan juga. Saya heran, kok temen-temen saya yang notabene adalah mahasiswa, yang punya keterampilan dan intelektualitas yang sebut saja lebih tinggi daripada rata-rata orang biasa, malah suka nontonin sinetron sampah di tv. Atau menonton acara-acara nggak berfaedah yang sebut saja acara "pembodohan".
Jujur, saya lebih suka nonton video-video documantary, discovery, sejarah, film-film science-fiction, dll. Pokoknya saya suka semua yang berbau-bau intelek dan berbobot.
Dan masalah humor, saya lebih suka komedi-komedi satire kehidupan. Saya heran ngeliat banyak banget orang-orang yang bisa tertawa lepas hanya dengan lawakan-lawakan receh yang kadang ditambah adegan-adegan konyol.
Saya dulu mempertanyakan semua itu. Dan kesimpulan yang saya dapat ada dua. Antara selera hiburan mereka yang memang rendahan, atau selera hiburan saya yang ternyata cukup berkelas.
Well, ternyata saya salah. Ini bukan masalah selera rendahan atau selera berkelas. Pengalaman dan perjalanan membuat saya mawas diri. Dan kini saya mengerti dimana letak lucunya komedi yang dulu saya sebut rendahan dan tak berbobot, kini saya mengerti bagaimana menikmati hiburan ringan yang tak ada faedahnya sama sekali.
Ternyata dulu saya belum terlalu bekerja keras, belum terlalu lelah seharian, belum menguras semua pikiran untuk dicurahkan. Sehingga saya masih punya banyak energi untuk mencerna dan menikmati hiburan-hiburan "kelas berat".
Kehidupan kita kini, selalu dikejar beban dan tuntutan sehingga semua tenaga dan pikiran habis terpakai untuk berjuang. Sampai di penghujung hari, kita hanya punya sisa-sisa energi untuk sedikit menghibur diri.
Kelelahan ini membuat kita tak terhibur dengan "hiburan berat dan berkelas". Otak kita hanya mampu mencerna yang ringan-ringan saja, yang tak memerlukan proses berpikir lagi untuk menikmatinya.
Oke, sampe sini aja ya, sampai ketemu di cerita selanjutnya~
Tulisan ini terinspirasi dari video Mak Beti yang kini sedang saya nikmati.
Semoga kita semua masih tetap dalam kasih sayang Tuhan ya..
Kali ini saya saya mau cerita tentang hiburan, dan hubungannya dengan selera kebanyakan orang di sekitar saya. Nyerempet-nyerempet agak julid sih.. tapi ya.. let's do this.
Dulu saya heran sama kelakuan banyak orang, terutama pada selera hiburan mereka. Saya heran kok bisa ada orang yang suka banget sama dangdut yang katanya musik "rendahan" dan tak berkelas, musik-musik pop mellow yang "alay", dan musik-musik serampangan asal jadi yang tak punya makna. Sedangkan saya lebih nyaman mendengarkan musik-musik jazz, folk, syair-syair indah, dll.
Nggak cuma soal musik, soal tontonan juga. Saya heran, kok temen-temen saya yang notabene adalah mahasiswa, yang punya keterampilan dan intelektualitas yang sebut saja lebih tinggi daripada rata-rata orang biasa, malah suka nontonin sinetron sampah di tv. Atau menonton acara-acara nggak berfaedah yang sebut saja acara "pembodohan".
Jujur, saya lebih suka nonton video-video documantary, discovery, sejarah, film-film science-fiction, dll. Pokoknya saya suka semua yang berbau-bau intelek dan berbobot.
Dan masalah humor, saya lebih suka komedi-komedi satire kehidupan. Saya heran ngeliat banyak banget orang-orang yang bisa tertawa lepas hanya dengan lawakan-lawakan receh yang kadang ditambah adegan-adegan konyol.
Saya dulu mempertanyakan semua itu. Dan kesimpulan yang saya dapat ada dua. Antara selera hiburan mereka yang memang rendahan, atau selera hiburan saya yang ternyata cukup berkelas.
Well, ternyata saya salah. Ini bukan masalah selera rendahan atau selera berkelas. Pengalaman dan perjalanan membuat saya mawas diri. Dan kini saya mengerti dimana letak lucunya komedi yang dulu saya sebut rendahan dan tak berbobot, kini saya mengerti bagaimana menikmati hiburan ringan yang tak ada faedahnya sama sekali.
Ternyata dulu saya belum terlalu bekerja keras, belum terlalu lelah seharian, belum menguras semua pikiran untuk dicurahkan. Sehingga saya masih punya banyak energi untuk mencerna dan menikmati hiburan-hiburan "kelas berat".
Kehidupan kita kini, selalu dikejar beban dan tuntutan sehingga semua tenaga dan pikiran habis terpakai untuk berjuang. Sampai di penghujung hari, kita hanya punya sisa-sisa energi untuk sedikit menghibur diri.
Kelelahan ini membuat kita tak terhibur dengan "hiburan berat dan berkelas". Otak kita hanya mampu mencerna yang ringan-ringan saja, yang tak memerlukan proses berpikir lagi untuk menikmatinya.
Oke, sampe sini aja ya, sampai ketemu di cerita selanjutnya~
Tulisan ini terinspirasi dari video Mak Beti yang kini sedang saya nikmati.
Komentar
Posting Komentar