![]() |
member LC Mndapa periode gaib |
Assalamu'alaikum pembaca... selamat datang kembali di blog ala-ala aduhaii ini, masih bersama saya si penulis random yang kali ini mau cerita tentang pengalaman menyambung ukhuwah (ceilah menyambung ukhuwah).
Ett, tapi beneran ini ceritanya perjalanan menyambung ukhuwah (ikatan persaudaraan). Oke, mari kita mulai dari flashback dulu ke masa SMA (sebenernya MAN sih). Here we go...
Saat sekolah, saya punya beberapa temen yang lumayan akrab. Setiap hari bertemu dan pulang bareng. Sebenernya kami tidak pernah satu kelas, dan pun kami beda jurusan. saya jurusan ilmu sosial, dan temen saya ada yang IPA, ada yang keagamaan. Kami seperti teman lintas jurusan saja hehe
Selain lintas jurusan, pertemanan kami juga lintas angkatan. Tapi walaupun beda kelas, beda jurusan, beda angkatan, kami dekat karena sebuah organisasi. Waktu itu namanya LC alias library community, kabarnya sekarang LC sudah menjadi ekskul resmi.
Sebenernya, saat periode kepengurusan kami, LC adalah organisasi yang agak gaib. Kenapa saya sebut gaib? Karena anggotanya cuma ada kami, yang tak sampai genap dihitung dengan jari tangan. Secara administrasi, memang ada lumayan banyak anggota. Tapi ya... yang aktif cuma itu itu lagi, itu itu lagi.
Ada banyak hal yang kami lakukan selama kami bersama, ada yang membuat kami belajar dan bertumbuh, ada juga yang tidak patut dicontoh. Para guru, staf sekolah, dan siswa siswi lain mengira yang kami lakukan hanya melayani sirkulasi peminjaman buku, merapikan rak-rak buku, merawat fasilitas perpustakaan dengan baik, belanja buku ke toko buku, membentuk komunitas pecinta buku, mengadakan forum review buku, dan hal baik lainnya.
Padahal, kami sering sekali menyalahgunakan wewenang dan fasilitas perpustakaan. Kami selalu membuat peraturan agar siswa siswi tidak boleh makan dan minum di perpustakaan, nyatanya kami sendiri setiap hari setelah jam pulang sekolah makan dan minum di perpus.
Kami juga sering meminjam printer milik kepala perpus untuk kepentingan pribadi. Kami sering meminta paksa air galon milik mas-mas pustakawan, bahkan kami sering menjadikan perpus sebagai tempat bersembunyi saat kami malas mengikuti pelajaran tambahan di kelas.
Saya merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari LC gaib. Karena dengan itu, saya jadi punya "tempat spesial" di sekolah. Kami anak LC punya space khusus di perpus. Sepetak pojokan yang kami atur sedemikian rupa, hingga berbentuk seperti ruangan kecil.
Disana kami biasa menitip barang, sholat, makan, minum, tidur siang, menonton film yang kami download secara ilegal, bergosip tentang lawan jenis, bernyanyi-nyanyi ria, curhat, mengerjakan tugas, dan lain sebagainya.
Bagi saya, sekolah (khususnya perpustakaan) adalah rumah saya kala itu. Hampir semua aktivitas sehari-hari saya lakukan di sana. Dari pagi sampai magrib menjelang. Rumah yang menjadi alamat resmi saya pun sudah seperti hotel saja.
Yang saya dilakukan di rumah resmi hanyalah mandi, makan malam, tidur, mandi lagi, dan bikin sarapan + bekal makan siang. Hal ini terjadi karena saya berangkat ke sekolah saat masih gelap dan pulang ke rumah ketika sudah gelap.
Jadi, LC adalah memori inti masa SMA saya. Sampai sekarang pun, setelah para anggota LC gaib sudah saling berjauhan karena melanjutkan studi di tempat berbeda-beda, kami tetap berhubungan baik.
Sesekali kami saling telpon, dan obrolan pun masih gurih. Pernah saya menelpon salah seorang teman LC gaib sampai lebih dari 4 jam. Entah apa saja yang kami bicarakan, pokoknya ngobrol weh.
Dan, saat sebelum kami benar-benar berpisah untuk berangkat ke tempat kuliah masing-masing, kami pernah merencanakan untuk reuni. Waktu itu kami berencana untuk bertemu kembali saat bulan ramadan. Kami bilang akan mengadakan acara buka puasa bersama.
Mengatakan rencana itu ternyata mudah, realisasinya yang payah. Bulan ramadan pun terlewat, kami tidak sempat bukber karena tidak menemukan waktu yang cocok. Tapi tak apa, hibur kami. Lalu kami mewacanakan pertemuan lagi di libur selanjutnya, atau bulan puasa selanjutnya.
Namun wacana tinggal lah wacana. Setiap semester kami merencanakannya, setiap semester pula kami melewatkannya. Sampai-sampai kami sengaja membuat wacana akan bertemu, padahal masing-masing dari kami sudah tau kalau itu akan menjadi wacana gagal untuk sekian kalinya. Well, tak lengkap saja rasanya kalo tidak berwacana, hihi...
2020 ini kami kembali berwacana, masih seperti lagu lama. Kami bilang kalau kami akan mengadakan buka puasa bersama. Kami sadar bahwa akan sulit merealisasikannya, apalagi sekarang Corona sedang menyerang.
Ramadan pun datang, ramadan pun kembali pulang. Wacana kami?? Namanya juga wacana, ya harus tetap jadi wacana.
Ada kesempatan di balik kesempitan,
mungkin pepatah itulah yang pas untuk kondisi kami kemarin. Kejutannn... hari minggu kemarin kami berhasil merealisasikan rencana dadakan.
Akhirnya, setelah 5 Tahun berwacana, pertemuan kami jadi juga, hehe... pada hari minggu kemarin kami pergi ke rumah mas-mas pustakawan yang dulu sering mentraktir kami jajanan. Kini dia sudah menikah, anaknya berumur 1 tahun.
Tentu saja kami sangat bahagia, bertemu lagi setelah sekian ribu hari. Dan yang kami lakukan disana, apalagi kalo bukan ngobrol? hehe... Kami ngobrol dari bertemu sampai sore menjelang.
Baik sekali istrinya mas-mas pustakawan menyuguhi kami dengan hidangan yang terasa lebih enak dari yang biasa saya makan. Kami juga mendapat petuah-petuah kehidupan dari sang mas-mas pustakawan.
Sebenernya ada banyak sekali yang masih pengen kami obrolkan hari itu, tapi karena kegiatan masing-masing, kami terpaksa membubarkan diri. Baiklah, lain kali kita kumpul lagi, lagi, lagi, dan lagi, kata kami.
Sore itu, setelah berpamitan, saya mulai menuruni jalur puncak Bogor untuk kembali menuju Pamulang. Sepanjang jalan saya kembali mengenang kebersamaan kami pada masa itu. Banyak sekali kejadian yang lucu dan memalukan, mengharukan, menyenangkan, menegangkan, sampai kejadian-kejadian seram yang kami alami di perpus.
Okeeeh, sampai disini aja cerita realisasi wacana-wacana kali ini. Sampai bertemu di cerita lainnya... dadah...
Komentar
Posting Komentar