Hallo lagi Internet!
Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman memanen lada. Sebelumnya, udah pada tau belum apa itu lada? Itu loh.. salah satu rempah-rempah fenomenal yang bikin masakan semur ibu kita jadi wueenak tenan. Lada alias merica alias sahang ini ternyata adalah rajanya rempah-rempah. Hati-hati ketuker sama ketumbar ya, mereka mirip soalnya.
![]() |
Lada hitam dan lada putih. pic link: https://bit.ly/2KzbyJe |
Oke, kembali ke pembahasan utama.
Perjalanan memanen lada berawal dari rumah nenek dari pihak ibu saya. Satu hari setelah idul adha saya menginap ke rumah neino (bahasa Lintang: nenek). Neino bercerita banyak kepada saya, bermacam-macamlah ceritanya. Mulai dari hujan yang sudah lama sekali tidak datang, debit air sungai yang mulai turun, peristiwa polisi yang bakuhantam dengan warga, gosip tetangga yang baru bercerai, sampai kebon lada yang tahun ini berbuah lebat.
Lalu tercetus kesimpulan bahwa saya harus ikut memanen lada di kebon. Keesokan harinya ikutlah saya menempuh perjalanan ke kebon lada. Kalo dihitung-hitung, jaraknya dari pemukiman mungkin ada sekitar 10 km. Ditempuh dengan berjalan kaki selama 3 jam!
Sesampainya di kebon, saya langsung disuruh memanen buah lada. Kata tante saya, buah lada yang matang dan berwarna merah-merah akan dibuat lada putih. Sedangkan buah lada yang masih hijau dan belum tua akan dibuat lada hitam.
Proses pembuatan lada hitan adalah hanya dengan menjemur buah lada hijau sampai kering. Sedangkan proses pembuatan lada putih adalah dengan merendam buah lada yang sudah benar-benar matang sampai kulit arinya terkelupas lalu dicuci bersih. Setelah itu lada akan dijemur sampai kering.
Btw, memanen lada ternyata tidaklah mudah. Kita harus jeli melihat tangkai-tangkai lada, lalu harus berhati-hati memetiknya. Kalo tangkainya ditarik terlalu pelan maka tidak bisa dipetik, sedangkan jika ditarik terlalu kencang makan pohon lada pun akan ikut patah karena pohon ini sangat mudah patah. Selain itu kita membutuhkan tangga untuk memetik lada yang tinggi. Naik sambil menyelempangkan keranjang untuk wadah, kita harus hati-hati memetik sambil berpegangan, serem juga kalo jatoh.
Walaupun berbuah lebat, tahun ini para petani lada tidak bisa merasa senang karena harga jual hasil panen yang sangat rendah. Lada hitam hanya dihargai Rp 23.000/kg sedangkan lada putih hanya Rp 40.000/kg. Kata om saya, ini harga yang sangat rendah mengingat beberapa tahun lalu harga lada putih mencapai Rp 150.000/kg
Hati saya menjerit, bagaimana bisa usaha merawat pohon lada satu tahun dengan kesabaran dan ketelatenan, pekerjaan memetik lada dibawah rajangan terik matahari, menjemur biji-biji lada kecil yang menyusahkan, hanya dihargai dengan 23k saja? Sedangkan saat kita membeli lada di pasar sejumput saja sudah 3k? Kemana semua uang kita melayang? Kalo gini ceritanya, bagaimana petani bisa sejahtera?
Oke, daripada saya tambah panas, saya sudahi dulu cerita kali ini. Sampai jumpa di cerita-cerita selanjutnya..
Komentar
Posting Komentar