Bayi gajah itu terus berusaha dan berusaha, namun semua usahanya selalu gagal. Pada akhirnya bayi gajah itu menyerah, dan pasrah untuk dilatih menjadi gajah sirkus. Dia sudah putus asa, dan berkeyakinan bahwa tidak mungkin dia bisa melepaskan diri.
Tahun-tahun berlalu, dan bayi gajah itu sudah dewasa. Namun dia tidak pernah lagi mencoba berusaha untuk melepaskan diri dari rantai. Dia sudah punya ketetapan bahwa melepaskan diri dari rantai adalah hal yang mustahil.
Andai dia mau mencoba sekali lagi saja, tentu dia bisa melakukannya dengan mudah. Dia sudah tumbuh besar dan kuat, tidak ada yang bisa menghalanginya untuk melarikan diri.
Saat pertama kali diberi tahu cerita ini, kesimpulanku, itu adalah gajah yang bodoh. Badannya kan sudah besar dan sudah kuat, kenapa dia tidak mau mencoba melarikan diri?
Ah, ternyata akulah yang naif. Akulah sekarang yang menjadi gajah bodoh itu. Aku merasa bahwa impian-impianku yang dulu begitu indah sudah tidak mungkin lagi terwujud. Situasinya sudah berbeda, semua sudah berubah, umurku sudah bertambah, momentum-momentum yang harusnya dulu aku tangkap sudah berlalu.
Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku melupakan semua, dan menjalani saja hidupku yang sekarang? Ataukah aku mampu jika mencoba sekali lagi untuk menghidupkan mimpi-mimpi lamaku?, dengan semua kekacauan yang telah terjadi?
Apakah aku benar-benar adalah gajahnya, yang sekarang sudah besar dan kuat? Atau aku hanyalah seorang bodoh yang mengharapkan waktu berputar kembali ke masa itu?
Komentar
Posting Komentar