Haloo lagi pemirsa setia blog ala-ala Esnida ini, hihi.. Kali ini saya akan menuliskan review buku lagi, yey! Lama rasanya udah nggak bikin review buku di sini. Well, ternyata memang sudah lama, terakhir saya posting review buku itu adalah bulan Juli tahun lalu, hehe..
Baik, langsung saja, kali ini saya mau review sebuah buku yang judulnya Menjadi Manusia Pembelajar, tulisan bapak Andrias Harefa. Buku yang agak tua karena ditulis pada tahun 2000. Bentuknya biasa saja, ukuran A5, 244 + xxxv halaman.
Saya tidak sengaja menemukan buku ini pas lagi cari-cari buku yang cocok untuk dijadikan bahan diskusi di Aqsyanna Literacy Club bulan depan. Oh iya, sekarang saya bergabung menjadi volunteer di sana. Seneng rasanya karena bisa berkumpul dengan orang-orang yang suka baca. Semoga komunitas itu bisa bertahan dan berkembang, menebar manfaat dan mencerdaskan orang-orangnya, aamiin.
Pada awalnya buku ini membahas kritik terhadap sistem pendidikan di tanah air. Penulis mengatakan bahwa akar permasalahan sistem pendidikan kita adalah karena sekolah dan universitas telah dipisahkan dari soal-soal kehidupan nyata sehari-hari. Sekolah (pada zaman penulis) telah berubah menjadi tempat indoktrinasi dan kaderisasi manusia-manusia muda yang harus patuh sepenuhnya kepada guru, dosen, atasan, penguasa, dan sebagainya.
Kemudian penulis membahas peran manusia sebagai pembelajar yang mengambil tri tugas tanggung jawab dan panggilan universal untuk semua manusia. Yaitu menjadi seorang pembelajar, menjadi seorang pemimpin, dan menjadi seorang guru.
Seorang manusia pembelajar adalah manusia yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting yakni:
- Berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu mencari jawaban atas pertanyaan eksistensial seperti: Siapakah aku? Dari mana aku berasal? Ke mana aku akan pergi? Apa yang menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini? Kepada siapa aku bertanggung jawab? Siapa yang dapat aku percaya?
- Berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya, mengekspresikan dan menyatakan dirinya yang seutuhnya.
Serang manusia pembelajar perlu merancang desain kehidupannya sendiri. Ia perlu belajar untuk memilih arah hidupnya, mendefinisikan realitas pribadinya, merumuskan visi pribadinya, mengenal misi berdasarkan nilai-nilai pribadinya, dan menentukan strategi hidupnya sendiri.
Seorang pembelajar perlu belajar mengarang sejarah hidupnya sendiri. Ia perlu membangun dan mengembangkan karakter dan memahat jiwanya agar memiliki bentuk. Sehingga ia memiliki kejujuran, integritas dan ketekunan untuk menjadi otentik, unik, dan tak terbandingkan dengan orang lain.
Manusia pembelajar merasa bertanggung jawab kepada Tuhan yang sudah menganugerahkan roh, jiwa dan tubuh dan membekalinya dengan nurani, akal budi, dan hasrat. Ia juga bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan juga kepada kehidupan sosial. Musuh terbesarnya adalah dirinya sendiri.
Pada tahap kedua manusia pembelajar akan meluaskan pengaruhnya ke level kelompok dan organisasional. Ia mengambil tanggung jawab menjadi seorang pemimpin sejati.
Pada tahap ketiga yaitu menjadi seorang guru, adalah tugas dan panggilan tertinggi seorang anak manusia. Ia menciptakan suatu masyarakat pembelajar dan melahirkan pemimpin-pemimpin baru bagi sebuah bangsa dan umat manusia di masa depan.
Begitulah kira-kira isi bukunya. Banyak banget kutipan yang saya suka dalam buku ini diantaranya adalah:
"Manusia disebut dewasa jika ia berani sekaligus penuh pertimbangan pada saat bersamaan." -Steven Covey
"Mereka yang buta huruf di abad-21 bukanlah orang-orang yang tidak bisa membaca atau menulis, tapi mereka yang tidak bisa belajar, melupakan ajaran masa lalu, dan kembali belajar (learn, unlearn, and relearn)" -Alvin Toffler
"Tidak belajar satu hari berarti mundur satu hari"
"Keyakinan, keberanian, dan ketekunan jelas tidak bisa diajarkan maupun dilatihkan. Tetapi hanya mungkin diperoleh melalui proses pembelajaran dan pendidikan."
Okedeh, sampai sini aja review (atau mungkin rangkuman) buku Menjadi Manusia Pembelajar kali ini. Sampai jumpa di review buku berikutnyaa~
Komentar
Posting Komentar