Seorang teman bertanya padaku melalui pesan text,
Teman: "Esnida, kamu lebih memilih mencintai atau dicintai?"
Aku: "Pilih dua-duanya"
Teman: "Harus salah satu"
Aku: "Kenapa gitu?"
Teman: "Pokonya harus pilih salah satu"
Aku: "mm.. oke, kalo harus banget milih, aku pilih mencintai"
Teman: "Kenapa pilih mencintai?"
Aku: "Karena itu yang bisa aku lakukan. Aku bisa bebas mencintai siapa saja, aku bebas mencintai apa saja, dan aku juga bebas mau mengungkapkannya atau diam-diam."
Teman: "Jadi kamu ngga apa-apa kalo ngga ada yang mencintai kamu?"
Aku: "Siapa bilang ngga ada yang mencintaiku?"
Teman: "Emang siapa?"
Aku: "Siapa apanya?"
Teman: "Yang cinta sama kamu?"
Aku: "Aku yakin Allah sayang padaku. Rasulullah juga.."
Teman: "Iya siih.. tapi masa ngga butuh sosok-sosok gitu?.."
Aku: "Sosok apa?"
Teman: "Ya sosok calon suami gituu.."
Aku: "Ya butuh dong, aku kan manusia"
Teman: "Terus kalo ngga ada yang mencintai kamu dari sosok itu gimana?"
Aku: "Allah itu maha pengasih dan maha penyayang, Allah ngga mungkin tega"
Teman: "Jadi intinya gimana?"
Aku: "mm.. seingetku, Allah bilang kalo Allah telah menciptakan manusia itu berpasang-pasangan, jodoh itu ada. Kalo waktunya udah tiba, Allah akan cenderungkan kita pada seseorang. Dan seseorang itu akan cenderung pada kita.
Kita akan ya.. sebut saja saling suka, saling ingin menjalani hidup di bumi ini bersama, ingin belajar bersama, melakukan semuanya bersama, merasakan segalanya bersama. Seperti kata seorang penulis yang bukunya dulu aku baca,
"Suatu saat kalian semua akan jatuh cinta tanpa dibuat-buat. Tanpa perasaan posesif kekanakan atau rasa ingin pamer kasih sayang yang berlebihan. Kalian akan bertemu dan menjadi saling jatuh hati tanpa alasan, yang membuat kalian menjadi diri sendiri tanpa ucapan manis atau perilaku berpura-pura.
Kalian akan jatuh cinta seadanya, tapi dengan segalanya. Kalian akan jatuh cinta dan berani mempertanggungjawabkannya. Bukan dengan pujian palsu atau kekaguman sesaat, tetapi dari tatap mata dan rasa saling percaya.""
Teman: "Itu kata siapa?"
Aku: "Kata penulis"
Teman: "Siapa?"
Aku: "Ngga tau, aku lupa. Ini tulisannya ada di salah satu buku jurnalku. Ngga ada keterangan kata siapanya."
Teman: "Yah.."
Aku: "Iya, harusnya ditulis ya ini dari siapanya"
Teman: "Kamu kapan nikah?"
Aku: "Kalo waktunya udah tiba"
Teman: "Kapan waktunya tiba?"
Aku: "Nah, aku juga ngga tau. Mungkin kamu bisa bantu tanyakan ke Allah?"
Teman: "Caranya?"
Aku: "Ya.. temui Allah, terus tanya.. "Yaa Allah, kapan Esnida nikah?""
Teman: "Ngapain aku nanyain kapan kamu nikah.. mending aku tanya kapan aku nikah"
Aku: "Nah.."
Teman: "Eh tapi kalo rencana gitu pasti ada kan?? Kan udah 25"
Aku: "Ngga tau. Aku ngga punya rencana. Mungkin akan ku pikirkan serius 2 atau 3 tahun lagi"
Teman: "Ngga kelamaan tuh? Aku doain biar jodoh kamu cepet dateng dehh.."
Aku: "Aamiin, makasih doanya. Semoga kamu cepet dateng jodohnya yaa.."
Temen: "Aamiin yaa Allah.."
Teman: "Emang kamu ngga mau nikah apa?"
Aku: "Ku rasa aku yang di masa depan akan bilang mau kalo ditanya begitu"
Teman: "Jadi sekarang kamu ngga mau nikah?"
Aku: "Aku belum siap. Kamu udah siap?"
Teman: "Menurut kamu aku udah siap belum?"
Aku: "Menurutku, secara keseluruhan kamu udah lumayan siap. Tapi masih banyak yang harus dipelajari."
Teman: "Itu mah udah pasti "
Teman: "Tapi kalo seandainya bulan depan ada yang dateng ke kamu terus menyampaikan niat baik buat ngelamar gimana?"
Aku: "Aku belum siap"
Teman: "Menurutku kamu udah siap tau.."
Aku: "Menurutku belum, dan aku juga merasa belum"
Teman: "Tapi kan jodoh di tangan Allah"
Aku: "Ya bener sih.. tapi tetep aja, aku belum siap. Lagian kenapa harus nanya gitu sih? Jangan-jangan kamu mau nikah ya bulan depan?"
Teman: "Ya kalo ada laki-laki soleh, tampan, dan mapan niat baik ngelamar kenapa ditolak?"
Aku: "Aamiinin aja deh.."
Teman: "Eh tapi serius, kalo ada yang suka sama kamu gimana?"
Aku: "Suka atau tidak suka, benci atau cinta itu fitrah. Hak setiap orang. Kalo ada yang suka sama aku ya.. terserah dia. Itu urusan dia, hati hati dia, perasaan perasaan dia. Dia berhak suka sama siapa aja, termasuk sama aku atau sama kamu.
Dan aku juga punya hak untuk suka sama siapa aja, atau ngga suka sama siapa aja. Selama aku ngga ngusik dia, ya.. ini urusanku. Hati hati aku, perasaan perasaanku"
Teman: "Tapi kalo dia kaya ngasi perhatian, ngasi sesuatu gitu gimana?"
Aku: "mm.. ya tanggapi sebatas wajar aja. Kalo sampe ganggu, ya jauhin, atau peringatin. Laki-laki yang baik itu ngga mungkin mau sampe ganggu. Dia juga tau batas. Kalo mau serius ya maju sekalian."
Teman: "Kalo dia serius maju gimana?"
Aku: "Kalo sekarang mah aku belum siap. Aku bakal mundur."
Teman: "Ah kamu mah ngga seru"
Aku: "Aku ngga harus seru kan?"
Teman: "Iya sih, ngga ada yang bilang harus seru.. tapi kan harusnya kamu coba dulu, siapa tau jodoh"
Aku: "Aku ngga mau coba-coba ah.. Ntar patah hati nangis.."
Teman: "Ih jangan mikir negatif apa, kalo berhasil gimana?"
Aku: " Iya sih.. harus kurang-kurangin mikir negatif ya.."
Teman: "Iya! Kamu tuh suka banget deh mikir negatifnya"
Aku: "Itu kehati-hatian tauu.."
Teman: "Masa?"
Aku: "Iya, antisipasi. Mencegah lebih baik daripada mengobati "
Teman: "Tapi jadinya kamu ngga maju-maju. Takut ini takut itu, semua takut"
Aku: "Gitu ya?"
Teman: "Kamu mah sok ngga tau.."
Aku: "Emang kamu tau?"
Teman: "Ya tau lahh.. aku bisa melihat banyak hal yang kamu ngga bisa liat dari diri kamu"
Aku: "Masa sih? Dan aku juga tau banyak hal yang kamu ngga tau dari diri kamu"
Teman: "Emang aku gimana?"
Aku: "Kamu itu...~"
Komentar
Posting Komentar