Langsung ke konten utama

Tentang Kesan


Well, selamat dateng lagi di blog-blogan gue yang unfaedah ini. Kali ini gue mau bercerita tentang kesan kepada seorang yang hanya teman biasa. Sebut saja dia 'A'. Tapi sebenernya ini bukan tentang dia banget sih, ini juga tentang hal sederhana yang kebanyakan orang gak sadar.

Oke, begini, seandainya gue jadi pelayan restoran, mesti gue udah marah-marah tiap hari menyaksikan perilaku pelanggan yang jorok tapi gak sadar kalo dia itu jorok, dan gak mau disalahkan atas kejorokan yang ia punya. Contohnya adalah seorang temen gue sendiri yang jangan disebut namanya. Pernah satu waktu gue makan bareng dia di sebuah warnas, pas udah selesai makan, doi dengan sikap bodo amat level dewanya ngeberantakin seisi-isi meja, bekas-bekas makannya itu membuat gue sendiri jijay, malu gue punya temen kaya gitu (ahahahah, ini serius sih). Selanjutnya gue berinisiatif untuk merapikan mangkok yang habis gue pake, dan temen gue ini malah bilang, “Apaan sih, Es! Pake ngerapihin segala, ini kan tugas pelayan.” Dan doi malah sinis ke gue dan bilang gue bermental pelayan! What? Terkejut gue.

Dan ini sempet jadi trending topik di kepala gue, gue mikirin kata-kata itu semalaman penuh. Gue berusaha mencari-cari pembelaan atas label yang diberikan teman tadi. Masa iya gue ini bermental pelayan? Apa sih sebenernya mental pelayan itu? Terus kalo seandainya bener gue punya mental pelayan, apa itu masalah? Kesimpulan yang gue dapet adalah, bermental pelayan atau apapun itu, lebih penting kita punya sikap tanggung jawab terhadap apa-apa saja yang bersangkut paut dengan diri kita. Merapikan bekas makan sendiri saat di tempat makan misalnya, ini juga termasuk tanggung jawab yang sering kita lupakan.

Eitt, gue gak mau panjang lebar, bukan masalah mental pelayan ini yang mau gue tulis malem ini. Ini adalah cerita tentang seorang teman yang baru gue kenal beberapa minggu lalu. Gue mendeteksi kesamaan mindset pada dirinya. Pernah satu waktu saat kami makan bersama di sebuah kedai, sudah menjadi kebiasaan gue untuk merapikan piring-piring dan mangkok setelah selesai digunakan, gue menumpuk ke tengah benda-benda itu agar sang pelayan yang merapikan meja tak harus repot-repot lagi, tinggal angkut saja. Gak gue sangka si 'A' ikut membantu gue menyatukan sisa-sisa makanan ke satu wadah dan menumpuk mangkok-mangkok bekas kami makan, hmm.. mengesankan sekali. 

Entah itu hanya karena dia merasa tidak enak atau reflek biasa saja, yang jelas bagi gue pribadi, hal seperti ini merupakan hasil sebuah latihan yang tak instan, gue mempelajarinya, gue membaca, dan gue berpikir untuk hal sederhana itu. Tapi mungkin gue saja yang berlebihan, karena bagi mayoritas manusia yang gue temui hal seperti itu tak akan terbesit sama sekali.

Kembali lagi, gue seperti melihat sepotong diri gue di dalam dirinya. Sepertinya dia seorang thinker, dia tak banyak omong. Gue yakin tentu dibalik diamnya itu, kondisi alam pikirannya ramai dan sibuk aktivitas. Gue penasaran buku apa saja yang sudah dia makan, mungkin gue juga suka membaca apa yang dia baca. Gue pengen membicarakan banyak hal dengan dia, ingin tau banyak hal dari sudut pandang seorang 'A'.

Tanpa sadar, belakangan ini gue sering memperhatikan dia. Gue memperhatikan kata dan kalimat yang keluar dari mulutnya juga olah jarinya haha.. maksud gue ketikan pesan dari dia. Caranya berpendapat, menghadapi pendapat orang lain, caranya menyanggah, bikin gue berpikir ya.. boleh juga nih jadi teman diskusi. 

Pernah lagi di satu ketika saat kelompok projek kami akan rapat, ada seorang anggota yg terlambat. Gue sudah WA si anggota ini, dan ternyata si 'Telat' ini sedang offline. Gue katakan ke anggota lainnya kalo si ‘telat’ sedang luring, haha.. ternyata hanya 'A' yang mengerti maksud kata itu. Dan lalu dia menjelaskan kepada teman-teman yang lain maksud gue tadi. Tentu saja dia juga menambahkan banyak istilah yang tak lazim dikenal itu. 

Gue mengenal 'A' saat kami dipertemukan dalam satu grup project kampus, 'A'-lah yang menginspirasi gue untuk kembali berani menulis blog ini, dia juga seorang blogger. Dia sederhana, apa adanya, dan baik. Semoga dia selalu dalam lindungan Allah.

Sekian, cukup sampe di sini dulu cerita-cerita unfaedah kali ini. Sampai ketemu di cerita-cerita selanjutnya.


*Cerita ini harusnya diterbitkan pada tanggal 20 Juni 2018. Baru terbit hari ini karena di tanggal itu saya masih di pelosok belantara sumatera yg susah sinyal.

Komentar