Sore tadi aku menonton rekaman webinar tentang menjurnal. Itu loh, kegiatan menuliskan sesuatu yang dipikirkan, yang dirasakan, atau direncanakan ke dalam sebuah buku. Ya, bisanya dulu kita menyebutnya buku harian atau diary. Kini penyebutannya sudah agak bergeser (sepertinya), menjadi journal. Dan kegiatannya disebut menjurnal atau journaling.
Sebenarnya ada banyak banget referensi yang membahas tentang kegiatan journaling. Mulai dari sebuah buku yang berjudul The Bullet Journal Method tulisan pak Ryder Carroll, sampai ke video-video yang membuat jurnal-jurnal cantik dengan berbagai tema dan warna menarik.
Tapi sore ini aku menemukan referensi yang berbeda. Mereka membuat webinar tentang Jurnal Dalam Islam. Pengisinya adalah ustad Arif Rahman Lubis. Acara ini diselenggarakan oleh Teman Cerita x Madina Al Quran.
Setelah menonton webinar ini, aku jadi ingat kembali kalau menjurnal itu bermanfaat untuk banyak hal. Mulai dari bisa menjaga keberkahan waktu, bisa menjaga kesehatan hati, pikiran, dan fisik, sampai bisa menjadi bahan evaluasi diri di masa yang akan datang.
Pertama yang aku tau tentang menjurnal itu adalah untuk membuat rencana. Mulai dari rencana jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Jurnal dijadikan catatan untuk merencanakan aktivitas dan menentukan prioritas.
Dulu aku juga diberi tau kalau gratitude journal (jurnal rasa syukur) itu sangat direkomendasikan agar hati selalu 'penuh' dan bahagia. Ketika itu aku diajari untuk menuliskan gratitude journal kira-kira seperti ini, tuliskan:
- 3 hal yang aku syukuri hari ini adalah
- ...
- ...
- ...
- 3 hal yang membuatku bahagia hari ini adalah
- ...
- ...
- ...
- 3 hal yang aku lakukan dengan baik hari ini adalah
- ...
- ...
- ...
- 3 hal yang bisa membuatku lebih baik besok adalah
- ...
- ...
- ...
- 3 hal penting yang akan aku lakukan besok adalah
- ...
- ...
- ...
Ternyata Islam juga punya amalan-amalan yang lebih dari jurnal rasa syukur yang direkomendasikan para ahli psikologi. Islam punya zikir pagi dan petang yang isinya bukan hanya tentang rasa syukur. Bahkan Islam juga punya sholat duha untuk mewujudkan rasa syukur atas persendian tulang yang Allah berikan. Islam juga menganjurkan sedekah subuh untuk mensyukuri datangnya pagi.
Selain untuk bersyukur dan merencanakan aktivitas, menjurnal juga bisa dilakukan untuk menuliskan lintasan-lintasan pikiran, renungan, dan semacamnya. Formatnya kira-kira seperti ini:
- Muncul dalam benakku bahwa...
- Aku sedang berpikir tentang...
- Aku sedang merenungkan...
- Aku melihat...
- Aku memahami bahwa...
- Aku heran melihat...
Aku sendiri sudah hampir 4 tahun ini aktif menulis buku harian, ehm, maksudku jurnal harian. Sebenarnya, sebelum itu aku juga sering menuliskan jurnal, tapi aku menulisnya dimana saja. Tidak khusus dalam satu buku.
Dan ternyata, tulisan-tulisan itu, selain membantu melepaskan emosi saat menuliskannya, bisa juga menjadi penasihat, pengingat, dan penguat diri ketika dibaca kembali.
Kadang seru sekali rasanya ketika aku membaca kembali curhatan dari masa lalu. Kadang aku merasa jijik dengan kenaifanku dulu, kadang aku ikut mengulum senyum, kadang ikut bersedih atas kesusahan diriku di masa lalu (ah, ingin sekali rasanya aku memeluk dan mengatakan kepada diriku yang di masa lalu itu bahwa semua akan baik-baik saja, dan kini aku sudah jadi lebih kuat).
Buku-buku jurnal itu kini menjadi sangat berharga bagiku. Di sanalah tertumpah dan tertulis perasaan-perasaan, pemikiran, harapan, umpatan, dan cerita-cerita pengalaman yang sangat jujur tanpa ditutup-tutupi.
Buku-buku itu kini telah menjadi hartaku, saksi perjalanan hidupku, buku sejarahku. Aku bersyukur memiliki mereka, buku-buku tulisanku sendiri-tentang diriku sendiri-dan hanya untuk diriku sendiri.
Kegiatan menjurnal juga bisa menjadi momen muhasabah dan perbaikan diri, bisa juga menjadi tempat corat-coret mengarang kata-kata yang baik dan bagus untuk dibawa berdoa.
Ya, begitulah, menjurnal itu menyenangkan dan bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar