Minggu, 24 April 2022. Pertama kalinya aku merasakan donor darah saat puasa di bulan Ramadan. Hari ini memang sudah masuk tanggal donor rutinku, aku sempat ragu apakah akan mendonorkan darah sekarang atau nanti-nanti saja setelah Ramadan berakhir?
Sebabnya jelas karena khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada tubuhku. Aku khawatir akan mual-muntah atau yang lebih parah adalah pingsan. Dua-duanya pasti membuatku harus membatalkan puasa.
Namun, sejak bagun tidur pagi tadi, aku merasa sangat sehat dan punya keyakinan bahwa aku kuat dan bisa donor darah di bulan puasa. Akhirnya aku berangkat juga ke PMI Tangsel sekitar jam 11 siang.
Setelah sampai PMI, aku langsung mengisi buku tamu dan mengisi formulir donor. Aku mengantri sekitar 10 menit untuk diperiksa tekanan darah dan kandungan hemoglobin darah.
Keyakinanku ternyata benar. Hb darahku bagus dan tekanan darahku stabil. Aku diterima untuk mendonor. Tapi sebenarnya tadi petugas yang memeriksaku agak ragu. Karena aku sedang puasa, beliau khawatir aku pingsan atau entahlah.
Beliau sempat bertanya pada rekannya apakah aku boleh mendonor atau tidak untuk memastikan. Aku juga berkali-kali meyakinkan beliau kalau aku sudah biasa mendonor darah, dan aku yakin tidak akan terjadi apa-apa. Aku sehat dan stabil.
Sebelum aku naik ke kursi donor, seorang bapak-bapak gembul yang juga sedang mendonorkan darah bertanya beberapa hal padaku. Mulai dari golongan darahku sampai umurku. Beliau agak terkejut dan seperti tidak percaya saat aku bilang umurku sudah 24. Dan beliau juga tidak menyangka kalau ini adalah donor darahku yang ke 17. Beliau mengira aku masih umur 17, dan ini adalah pengalaman donor ku yang ke 2 atau ke 3.
Sebenarnya aku agak berbangga hati melihat respon beliau. Aku merasa seperti menjadi pahlawan karena sudah lumayan banyak mendonorkan darah. Tapi hatiku langsung menasehati, langsung menarik ku pada kesadaran agar aku tidak melayang. Mengingatkan bahwa angka 17 masih jauh sekali dari target donor ku yang angkanya adalah 100.
Proses donor siang ini lancar-lancar saja. Darahku diambil dari lengan sebelah kiri, santai, tidak ada keluhan apa-apa. Dan ya, aku tetap bisa pulang sendiri mengendarai motor sampai rumah.
Aku juga bersyukur karena aku bisa merawat tubuh yang sudah dianugerahkan Allah ini, sehingga bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan.
Ya, begitulah cerita pengalaman minggu ini. Ku tulis disini karena sayang sekali kalau terlupakan.
Komentar
Posting Komentar