Tidak sadar aku, ternyata satu tahun sudah berlalu sejak aku memposting sebuah tulisan yang berjudul Untuk Anak-anakku. Aku menulisnya tepat pertengahan Ramadan tahun lalu. Malam ini juga pertengahan Ramadan. Tanggal 15 tepatnya. Bulan pun menjadi purnama, bulat bersinar meski kurang cemerlang.
Mari kita mulai lagi tulisan dengan tema ini. Terkhusus kepada anak-anakku, malam ini ibu memutuskan untuk kembali menyapa kalian. Semoga kalian cukup mengerti kenapa ibu melakukan ini.
Anakku, tadi sore sehabis magrib, adik ibu yang bernama Veni bilang di grup WhatsApp keluarga kalau rambutnya banyak rontok. Sekarang dia sedang tinggal di asrama sekolahnya. Di SMAN Sumatera Selatan, salah satu SMA terbaik di Sumatera Selatan, dan dia dapat full beasiswa.
Saat adik ibu mengatakan rambutnya banyak rontok, ibunya ibu (nenek kalian) langsung merespon dengan nada khawatir. Beliau langsung menyuruh Veni untuk memeriksakan diri ke klinik sekolah. Sepertinya beliau takut sekali terjadi sesuatu pada anak beliau.
Ibu disini, sebenarnya masih belum terlalu mengerti, mengapa nenek kalian sampai secemas itu hanya karena mengetahui rambut anaknya yang jauh di perantauan rontok? Sedalam itukah kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya?
Anakku, menyaksikan ini membuat ibu semakin takut untuk mengabarkan sesuatu hal yang tidak baik. Ibu tidak berani mengabarkan jika ibu sedang kesusahan atau ketika ada yang menyakiti ibu. Ibu takut nenek kalian kepikiran.
Ibu takut nenek kalian lebih sedih dan lebih kesusahan daripada ibu yang mengalaminya. Ibu takut menyakiti hati nenek kalian. Ibu akan sangat merasa bersalah jika nenek kalian menjadi sedih dan kepikiran karena mendengar cerita ibu.
Padahal ibu ingin sekali rasanya mencurahkan semua perasaan dan isi hati ibu kepada nenek kalian. Ibu ingin nenek kalian tau apa yang ibu alami, ibu ingin sekali nenek kalian juga tau jalan cerita hidup ibu. Ibu ingin sekali bertukar cerita dan meminta nasihat nenek kalian.
Tapi keinginan itu tak pernah tersampaikan, karena ibu tau nenek kalian adalah wanita yang berhati lembut sekali, baliau adalah wanita yang selalu menyembunyikan deritanya, dan selalu mendahulukan orang lain. Ibu tidak mau sampai menyakiti beliau. Ibu hanya menceritakan hal-hal yang menyenangkan saja kepada beliau, hanya yang aman-aman saja.
Anakku, jika kalian membaca tulisan ini, tolonglah kalian untuk jujur pada ibu. Ibu cukup kuat dan ibu sudah banyak belajar. Ibu mau tau cerita hidup kalian. Ibu ingin kalian berbagi semua perasaan kalian kepada ibu. Ibu ingin berada di dekat kalian ketika kalian bersedih atau kesusahan. Ibu juga ingin berada di dekat kalian ketika kalian bergembira atau melakukan perayaan.
Anakku, ibu penasaran sekali, bagaimanakah kondisi ibu ketika kalian membaca tulisan ini. Apakah ibu telah menjadi ibu yang baik atau bagaimana? Semoga saja kalian cukup berlapang hati menerima ibu. Karena sekarang ini ibu masih baru memulai untuk mendidik diri ibu untuk menjadi manusia yang baik. Ibu tidak tau apakah ini akan berhasil atau tidak. Tapi ibu yakin, jika ibu berusaha dengan bersungguh-sungguh, ibu pasti berhasil.
Anak-anakku, adakah yang ingin kalian katakan pada ibu setelah kalian membaca tulisan ini? Semoga kalian sehat dan bahagia ya. Terima kasih sudah membaca tulisan ibu.
Komentar
Posting Komentar