Haloo internet, haloo kamu, iya kamu...
Kali ini saya akan menceritakan satu kesadaran lain yang baru saja tumbuh di dalam diri saya. Ini menyangkut keangkuhan dan keras kepala yang normal dimiliki para pemuda.
Jadi begini ceritanya, saya kan masih magang di Menara Pejompongan. Sudah masuk bulan keempat. Pada awal-awal magang, saya merasa mereka "salah" memperlakukan saya. Apakah mereka tidak berpikir saat memberi saya tugas remeh-temeh yang sangat tidak penting. ya.. tugas-tugas seperti meng-entry data, membuat bagan, merapikan kolom exel, memfotokopi, membuka straples, dan lain-lain membuat saya merasa dilecehkan. Dalam hati saya bergumam "Ayolah, beri saya tugas yang berat sedikit, yang membuat otak saya berpikir. Yakali saya tugasnya cuma nysun-nyusun kertas berdasarkan abjad doang, c'mon.. anak SD juga bisa..."
Memang benar, kadang kita merasa diri kita ini berharga. Kita merasa begini, yakali kita cuma ngerjain ini, nggak pantaslah, nggak level. Kita merasa diri kita mampu mengerjakan hal yang lebih sulit dan lebih berbobot. heh, sombong sekali kita. Kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita memang masih belajar, masih remah-remah, belum ada apa-apanya.
Benar pepatah mengatakan bahwa padi jika semakin berisi akan semakin merunduk. Dan hal ini mayadarkan saya bahwa kegengsian saya dalam mengerjakan hal-hal yang menurut saya kurang berkelas adalah sebuah kesombongan. Orang yang benar-benar hebat tak ada yang berani merasa sombong. Kesombongan hanya dimiliki orang-orang kerdil, milik orang-orang yang tak tau jika dunia ini sangatlah luas.
Dimanapun saya berada, itu adalah akumulasi dari usaha-usaha dan doa di masa lalu. Termasuk di tempat saya magang sekarang. Saya harus berlapang dada saat menemui kenyataan bahwa tugas saya cuma membuka streples. Telan saja, itu yang dikatakan sebuah buku yang pernah saya baca.
Termasuk saat kita berlelah-lelah menunggu dosen sehari penuh tapi cuma bertemu 5 menit, telan saja. Saat kita sudah bersusah payah menyusun laporan dan ternyata hanya dibaca sekilas, telan saja. Saat kita sudah terseok-seok mengusahakan datang rapat tepat waktu dan ternyata rapat ditunda, telan saja.
Setiap kali kita menelan kedidaknyamanan, kita sedang menjadikan diri kita lebih kuat, lebih hebat. Ketidaknyamanan menjadikan kita lebih sabar, lebih bijaksana, lebih baik, lebih dewasa.
Baik, begitulah ceritanya. Sampai jumpa di tulisan-tulisan lainnya..
![]() |
Suatu sore di dekat stasiun Palmerah |
Komentar
Posting Komentar