Langsung ke konten utama

Postingan

Teman

Seorang teman bertanya padaku melalui pesan text, Teman : "Esnida, kamu lebih memilih mencintai atau dicintai?" Aku : "Pilih dua-duanya" Teman : "Harus salah satu" Aku : "Kenapa gitu?" Teman : "Pokonya harus pilih salah satu" Aku : "mm.. oke, kalo harus banget milih, aku pilih mencintai" Teman : "Kenapa pilih mencintai?" Aku : "Karena itu yang bisa aku lakukan. Aku bisa bebas mencintai siapa saja, aku bebas mencintai apa saja, dan aku juga bebas mau mengungkapkannya atau diam-diam." Teman : "Jadi kamu ngga apa-apa kalo ngga ada yang mencintai kamu?" Aku : "Siapa bilang ngga ada yang mencintaiku?" Teman : "Emang siapa?" Aku : "Siapa apanya?" Teman : "Yang cinta sama kamu?" Aku : "Aku yakin Allah sayang padaku. Rasulullah juga.." Teman : "Iya siih.. tapi masa ngga butuh sosok-sosok gitu?.." Aku : "Sosok apa?" Teman : "Ya soso...

Ta'limul Mut'allim

Oke, sekarang jam 21:25. Kalau saya mau tidur cepat, saya masih punya 35 menit untuk menulis review buku yang baru saja selesai saya baca ini. Judulnya Ta'limul Muta'allim, Pentingnya Adab Sebelum Ilmu, tulisan Imam Az-Zarnuji. Buku ini diterbitkan oleh Aqwam, cetakan ke 12, Juni 2021. Secara keseluruhan buku ini punya 272 halaman. Pertama kali dalam hidup saya membaca buku yang banyak sekali keterangan dan catatan sumbernya. Mungkin ini yang disebut adab sebelum ilmu, jadi buku ini menuangkan segala sumber dan rujukan dengan sangat lengkap. Kalau dikira-kira, mungkin sebenarnya buku ini tebalnya tidak sampai 100 halaman. Bisa dibaca sehari saja kalau niat. Buku ini membahas 13 pasal dalam menuntut ilmu. Yaitu: Definisi Ilmu, fikih, dan keutamaannya Niat (ketika belajar) Memilih ilmu, guru, dan kesabaran dalam belajar Takzim terhadap ilmu dan ahli ilmu Giat, rajin, dan semangat Memulai belajar, ukuran, dan urutannya Bertawakal Masa belajar Kasih sayang dan nasihat Memetik pelaj...

Menjadi Manusia Pembelajar

Haloo lagi pemirsa setia blog ala-ala Esnida ini, hihi.. Kali ini saya akan menuliskan review buku lagi, yey! Lama rasanya udah nggak bikin review buku di sini. Well, ternyata memang sudah lama, terakhir saya posting review buku itu adalah bulan Juli tahun lalu, hehe..  Baik, langsung saja, kali ini saya mau review sebuah buku yang judulnya Menjadi Manusia Pembelajar, tulisan bapak Andrias Harefa. Buku yang agak tua karena ditulis pada tahun 2000. Bentuknya biasa saja, ukuran A5, 244 + xxxv halaman. Saya tidak sengaja menemukan buku ini pas lagi cari-cari buku yang cocok untuk dijadikan bahan diskusi di Aqsyanna Literacy Club bulan depan. Oh iya, sekarang saya bergabung menjadi volunteer di sana. Seneng rasanya karena bisa berkumpul dengan orang-orang yang suka baca. Semoga komunitas itu bisa bertahan dan berkembang, menebar manfaat dan mencerdaskan orang-orangnya, aamiin. Pada awalnya buku ini membahas kritik terhadap sistem pendidikan di tanah air.  Penulis mengatakan bahwa ...

Minggu

gathering micca batch 4 @Aqsyanna Ada banyak momen yang ditunggu-tunggu orang dalam hidupnya. Waktu ulang tahun, waktu menikah, waktu kelahiran anak, waktu liburan keluarga, waktu kelulusan sekolah, dan sebagainya. Waktu yang menghidupkan harapan dan semangat. Rasanya seperti rindu yang harus ditebus dengan beraktivitas dan mengarungi waktu dulu untuk menunggu hari itu datang. Dulu ketika masih SD, aku punya hari spesial dalam satu minggu. Hari yang ku tunggu-tunggu kedatangannya, ku nikmati hadirnya, dan ku rindukan ketika dia pergi. Itu adalah hari senin. Dulu aku sangat menyukai hari senin, aku selalu merasa lebih bersemangat dan bahagia pada hari senin. Sejujurnya aku lupa kenapa dulu aku sangat menyukai hari senin. Mungkin karena aku merindukan teman-temanku yang sudah satu hari tidak bertemu, mungkin karena aku selalu memakai sepatu yang baru dicuci kemarin hari minggunya, mungkin juga karena aku menyukai saat upacara bendera, aku lupa. Setelah SD aku tidak lagi punya hari yang k...

MICCA

Millenial Quranic Academy Aqsyanna (MICCA) adalah sebuah wadah bagi para millenial (atau sekarang lebih banyak gen Z) untuk meningkatkan kualitas diri dari segi ilmu, adab, dan soft-skills agar menjadi lebih baik sesuai dengan tuntunan Al-Quran, Syariat, dan Sunnah. Micca merupakan bagian dari Rumah Quran Aqsyanna yang berada di Ciputat, Tangerang Selatan. Aqsyanna sendiri adalah akronim dari Al-Quran, Syariat, dan Sunnah. Kabarnya, Rumah Quran ini milik seorang warga negara Inggris yang mualaf. RQ Aqsyanna baru diresmikan dan terbuka untuk umat pada hari Rabu, 22 Januari 2020. Ada banyak program keren dan bermanfaat di sana, salah satunya adalah kelompok panahan Tree Archery. Kemarin pada hari minggu, 4 September 2022 aku datang ke sana untuk memulai program Micca. Sebenarnya kemarin itu adalah kedatanganku untuk yang kedua kalinya. Sepekan sebelumnya aku datang ke sana untuk mengikuti acara seminar yang diisi oleh mas Razi Thalib. Aku sangat beruntung minggu lalu karena berkesempatan...

Rindu

Aku pernah membaca sebuah kalimat, bunyinya kira-kira seperti ini: "Di dunia ini, banyak orang yang kesepian bukan karena mereka tidak bisa menemukan pasangan, melainkan karena mereka tidak bisa menemukan diri mereka sendiri." Saat itu aku berpikir, bahwa aku tidak akan pernah merasa kesepian. Karena aku bersahabat baik dengan diriku sendiri. Rasanya aku akan sanggup-sanggup saja bila harus menjalani hidup di dunia ini tanpa seorang pasangan. Aku tak pernah mempermasalahkan status single ku. Aku enjoy saja dengan itu, karena aku memang belum siap menikah. Aku juga tidak mau berpacaran, karena aku tau, Allah melarang ku melakukannya. Namun malam ini, aku merasa sangat kesepian. Lelah rasanya karena masih hidup sendiri di dunia ini. Aku ingin sekali mengobrol dan menceritakan banyak hal pada seorang laki-laki, tapi aku tak tau dimana laki-laki itu berada. Dan (sebenarnya) aku juga tidak tau siapa laki-laki itu. Aku pernah menuliskan nama seorang laki-laki di dalam buku harian ...

Antisosial

Untuk anak-anakku (baian 3) Halo anak-anakku, ibu doakan semoga kalian sehat dan bahagia selalu ya. Semoga kalian selalu sabar dan giat mendidik diri kalian, semoga kalian juga bisa menyayangi diri kalian degan baik. Karena anak-anak ibu sangat pantas disayang, ibu juga sangat sayang pada kalian. Ibu mau bercerita sesuatu hari ini. Mengenai perilaku ibu yang bahkan sedikit mengejutkan ibu sendiri. Sekarang adalah semingu setelah lebaran tahun 2022. Lebaran ibu tahun ini memang sedikit berbeda. Selain ibu tidak ikut sholat ied, ibu juga menyendiri di rumah, sendirian, hanya bersama kucing. Ibu masih tinggal di Pamulang, tinggal di rumah sepupu ibu bersama keluarganya. H-2 lebaran sepupu ibu ini pulang ke kampung istrinya di Cikarang. Ibu bilang kalau ibu juga akan pergi ke Citayam, ke rumah bicik Iya pada H-1 lebaran. Ternyata pada H-1 lebaran, ibu memutuskan untuk tidak kemana-mana. Ibu tetap tinggal di Pamulang. Tidak ada orang yang tau kalau ibu sendirian di rumah, karena ibu memang ...

Donor

Minggu, 24 April 2022. Pertama kalinya aku merasakan donor darah saat puasa di bulan Ramadan. Hari ini memang sudah masuk tanggal donor rutinku, aku sempat ragu apakah akan mendonorkan darah sekarang atau nanti-nanti saja setelah Ramadan berakhir? Sebabnya jelas karena khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada tubuhku. Aku khawatir akan mual-muntah atau yang lebih parah adalah pingsan. Dua-duanya pasti membuatku harus membatalkan puasa. Namun, sejak bagun tidur pagi tadi, aku merasa sangat sehat dan punya keyakinan bahwa aku kuat dan bisa donor darah di bulan puasa. Akhirnya aku berangkat juga ke PMI Tangsel sekitar jam 11 siang. Setelah sampai PMI, aku langsung mengisi buku tamu dan mengisi formulir donor. Aku mengantri sekitar 10 menit untuk diperiksa tekanan darah dan kandungan hemoglobin darah. Keyakinanku ternyata benar. Hb darahku bagus dan tekanan darahku stabil. Aku diterima untuk mendonor. Tapi sebenarnya tadi petugas yang memeriksaku agak ragu. Karena aku sedan...

Untuk Anak-anakku (bagian 2)

Tidak sadar aku, ternyata satu tahun sudah berlalu sejak aku memposting sebuah tulisan yang berjudul Untuk Anak-anakku. Aku menulisnya tepat pertengahan Ramadan tahun lalu. Malam ini juga pertengahan Ramadan. Tanggal 15 tepatnya. Bulan pun menjadi purnama, bulat bersinar meski kurang cemerlang. Mari kita mulai lagi tulisan dengan tema ini. Terkhusus kepada anak-anakku, malam ini ibu memutuskan untuk kembali menyapa kalian. Semoga kalian cukup mengerti kenapa ibu melakukan ini. Anakku, tadi sore sehabis magrib, adik ibu yang bernama Veni bilang di grup WhatsApp keluarga kalau rambutnya banyak rontok. Sekarang dia sedang tinggal di asrama sekolahnya. Di SMAN Sumatera Selatan, salah satu SMA terbaik di Sumatera Selatan, dan dia dapat full beasiswa. Saat adik ibu mengatakan rambutnya banyak rontok, ibunya ibu (nenek kalian) langsung merespon dengan nada khawatir. Beliau langsung menyuruh Veni untuk memeriksakan diri ke klinik sekolah. Sepertinya beliau takut sekali terjadi sesuatu pada ana...

Hobi

Minggu lalu, untuk pertama kalinya aku memperkenalkan diri kepada orang baru dengan menyebutkan bahwa hobi ku adalah tidur. Selama ini aku selalu mengatakan bahwa hobi ku adalah membaca buku. Tapi ternyata itu tidak terlalu benar. Aku memang sering membaca buku, aku meluangkan minimal 1,5 jam perhari untuk membaca buku, aku memang sudah membaca lumayan banyak buku. Tapi ternyata aktivitas membaca ku bukanlah hobi. Aku memang sering membaca buku, tapi aku tidak terlalu menyenanginya. Bukankah hobi adalah sesuatu yang disenangi dan sering dilakukan? Sama seperti makan. Aku sering makan, setiap hari malah. Tapi aku tidak terlalu menyukai aktivitas makan. Aku makan hanya supaya tidak pusing dan tidak kelaparan. Aku makan supaya punya energi untuk beraktivitas. Tapi, kadang-kadang aku juga sangat menyukai aktivitas makan ketika aku bertemu makanan yang enak. Bagiku kini, membaca buku itu sama saja dengan makan. Aku membaca buku untuk memberi pencerahan pada pikiranku, agar aku tidak bodoh. ...

Keinginan

Tunas kecil yang menolak mati Dulu aku meminta sepucuk tunas kecil tanaman dari tetangga sebelah rumah. Tunas yang sudah punya tiga lembar daun. Tingginya tak lebih besar dari telapak tanganku. Ku tanam, kuberikan tanah terbaik yang kudapat, kuberi vas cantik yang dibuat sendiri, ku siram air secukupnya, ku taruh di dekat jendela, bahkan ku ajak dia berbicara dan ku bacakan buku-buku di dekat daun-daunnya. Dia tumbuh subur, sehat, dan bahagia. Daunnya berwarna halus dengan ukuran besar-besar, batangnya kokoh, cengkraman akarnya juga sangat kuat. Dia memancarkan aura kebahagiaan, aku pun jadi ikut bahagia ketika melihatnya. Ia terus bertumbuh, terus mengusung daun dan menjadi rimbun. Vas yang kecil pun tak bisa lagi menampungnya. Ku pindahkan ia ke vas yang lebih besar. Lalu ku pindahkan lagi ia ke tempat yang lebih besar. Ku taruh ia di ember yang sudah ku cat warna putih. Ia terus tumbuh, daunnya pun sudah hampir mencapai 30. Namun suatu waktu aku melakukan kesalahan. Ku taruh ia di ...

Konsisten

Pernah aku merenung dan berpikir. Tentang mengapa aku susah sekali untuk konsisten melakukan hal-hal baik. Godaannya banyak dan berat-berat, rintangannya ada-ada saja. Entah sebab diriku saja yang malas, atau memang setan selalu bekerja dengan performa luar biasa, nggak ada cape-capenya menggoda dan menjerumuskan manusia. Dan dari hasil perenungan itu, kurasa aku tidak bisa konsisten karena banyak sebab. Misalnya niatku yang kurang kuat, melakukan semua sendiri sehingga terasa berat, ataupun tidak melakukan evaluasi-evaluasi dalam perjalanan. Jadi aku menemukan cara-cara ini. Ku tulis agar bisa dibaca kembali ketika nanti aku membutuhkannya. Biasalah, meski saat ini aku sudah belajar, aku yakin masih akan membutuhkannya di masa yang akan datang.  Cara dan kiat biar bisa konsisten,   Temukan alasan kuat   untuk melakukan suatu hal. Niatnya harus benar, hal yan dilakukan itu harus cukup bernilai untuk diperjuangkan, harus cukup berarti untuk mengalahkan rasa malas...

Cantik

Kini aku semakin yakin, bahwa untuk menjadi pribadi yang disukai itu tidak harus punya kulit putih, tinggi semampai, hidung mancung, muka tirus, rambut lebat, kuku lentik, outfit berpuluh juta, dan sepaket tampilan fisik lainnya. Tampilan fisik memang penting, tapi itu bukan segalanya. Lagipula siapa sih yang mau dekat-dekat dengan orang yang jorok dan bau? Tampilan fisik sudah optimal nilainya jika kita tampil bersih, rapi, tidak bau, dan... emm... kurasa tiga itu saja sudah cukup. Dan tampilan fisik itu, namanya juga fisik, ya cuma bungkusnya saja. Yang penting kan isinya. Kalo isinya menyenangkan, dia nyaman pada dirinya sendiri, berwawasan luas, berpikiran terbuka, berhati baik, bertutur kata sopan dan menghidupkan, perduli dengan orang lain, suka pada kebaikan, seru, dan seabrek perilaku dan sifat positif lainnya, bagaimana bisa kita hanya memperdulikan fisiknya?

Jurnal

Sore tadi aku menonton rekaman webinar tentang menjurnal. Itu loh, kegiatan menuliskan sesuatu yang dipikirkan, yang dirasakan, atau direncanakan ke dalam sebuah buku. Ya, bisanya dulu kita menyebutnya buku harian atau diary . Kini penyebutannya sudah agak bergeser (sepertinya), menjadi journal . Dan kegiatannya disebut menjurnal atau journaling . Sebenarnya ada banyak banget referensi yang membahas tentang kegiatan journaling . Mulai dari sebuah buku yang berjudul The Bullet Journal Method  tulisan pak Ryder Carroll, sampai ke video-video yang membuat jurnal-jurnal cantik dengan berbagai tema dan warna menarik. Tapi sore ini aku menemukan referensi yang berbeda. Mereka membuat webinar tentang Jurnal Dalam Islam. Pengisinya adalah ustad Arif Rahman Lubis. Acara ini diselenggarakan oleh Teman Cerita x Madina Al Quran. Setelah menonton webinar ini, aku jadi ingat kembali kalau menjurnal itu bermanfaat untuk banyak hal. Mulai dari bisa menjaga keberkahan waktu, bisa menjaga keseh...

TPQ

Mimpi apa aku semalam? Tak ku sangka, jalan kehidupan membawaku kembali lagi ke TPQ, sebagai murid, bersama anak-anak! Memang, ilmu itu ada dimana saja dan ada pada siapa saja, hanya saja aku benar-benar tidak kepikiran kalau aku akan berada di salah satu TPQ anak-anak! Teringat dulu waktu aku pertama kali disuruh pergi mengaji oleh nenek. Saat itu umurku masih 5 tahun dan baru masuk SD. Sebenarnya dulu aku sudah memohon agar tidak disuruh mengaji, tapi nenekku itu, tak ada yang bisa menghalangi kehendak beliau. Aku ketakutan saat pertama kali datang di tempat belajar mengaji. Kabarnya, kyai yang mengajar di sana galak sekali. Beliau tidak segan memukul para muridnya dengan rotan jika nakal, atau datang terlambat, atau berisik, atau tidak belajar dengan baik, atau bla bla bla, pokoknya kyai itu terkenal galak. Aku menjadi murid terkecil waktu itu. Tapi aku tidak diperlakukan istimewa. Aku diperlakukan sama seperti murid-murid yang sudah lama belajar di sana. Aku sedikit kebingungan dan...